06 October, 2010

SHMS

Baru dengar istilah ini?
Saya juga baru tahu beberapa bulan yang lalu, ketika menangani installasinya. SHMS adalah kepanjangan dari Structure Health Monitoring System. System ini baru pertama kali di gunakan di Indonesia, tepatnya di jembatan terpanjang di Indonesia.. yak persis.. yaitu jembatan Suramadu yang menghubungkan pulau Jawa dan pulau Madura (Surabaya-Madura). Saya tidak membahas lebih banyak mengenai jembatannya, silahkan cek disini bila ingin mengetahui kisah jembatan Suramadu.

Kembali ke SHMS, system ini merupakan system untuk monitoring dari kesehatan fisik stuktur dari sebuah bangunan / jembatan. Apa saja yang di monitoring? lumayan banyak.. dan Suramadu hanya menggunakan sebagian saja. Untuk lebih mudahnya, saya hanya membahas yang telah di gunakan di suramadu.

Beberapa peralatan yang di pasang di SHMS Suramadu :
1. CCTV
Monitoring system peralatan standardnya adalah camera CCTV dan ada beberapa Camera terpasang di sepanjang jembatan. Selain sebagai monitoring secara visual dari si jembatan, CCTV di SHMS di tujukan untuk memantau apabila sensor2 mendeteksi suatu kejadian, maka system akan memerintah CCTV untuk menangkap gambar (image capture) dari titik yang di inginkan dimana Camera CCTV terpasang. Hal ini untuk mendokumentasikan sekaligus evaluasi.

2. WIM Sensor
Weight In Motion Sensor adalah perangkat untuk mendeteksi berat (lebih tepatnya berat gandar/gardan) dari sebuah kendaraan yang melintas di jalan.
Sensor ini di pasang di Jalan Raya sebelum memasuki jembatan Suramadu. Gunanya adalah untuk memonitor kendaraan yang akan melintas menuju suramadu, agar ketika ada kendaraan yang beban gandar/gardannya melebihi kapasitas yang diijinkan maka system sensor ini akan mengirim sinya warning ke Pusat Monitoring. Selanjutnya melalui sistem koordinasi dengan operator jembatan dan Polisi lalu lintas, maka kendaraan tersebut dapat di perintahkan untuk memutar kembali atau diberi tindakan lain, denda misalnya. System ini harus terkoordinasi dengan pihak Owner (Dinas PU), operator jembatan (sementara masih di pegang Jasa Marga) sebagai pihak yang berhak menentukan kendaraan yang boleh melintas berserta tarifnya dan DLLAJR sebagai penguasa jalan raya. Kendaraan yang melebihi kapasitas bisa saja melintas asal ada koordinasi kepada pihak terkait.

Gambar dan peletakan sensor saya posting menyusul.

3. Anemometer / Wind Sensor
Karena suramadu melintasi laut, maka faktor angin sangatlah berpengaruh terhadap kondisi stuktur jembatan dan juga keselamatan pengguna. Oleh karena itu di pasang 3 buah wind sensor di suramadu.
2 unit di pasang tri-axial anemometer di sisi luar jembatan di posisi tengah-tengah jembatan (bentang tengah/main span), penempatan sensor tersebut karena fungsinya adalah untuk keamanan pengendara terhadap hembusan angin. Apabila hembusan angin melebihi kecepatan yang aman untuk pengendara sepeda motor, maka warning system akan di keluarkan, koordinasi dengan pihak operator jembatan untuk segera menutup jalur sepeda motor, apabila kecepatan angin meningkat hingga membahayakan pengendara mobil, maka seluruh jembatan akan di tutup sampai kecepatan angin aman untuk pengendara.
1 unit di pasang bi-axial anemometer di top pylon, berfungsi mengukur kekuatan angin terhadap struktur jembatan. Berbeda dengan tri-axial anemometer, pembacaan sensor ini lebih ditujukan untuk membandingkan kecepatan angin dengan kekuatan struktur tiang jembatan, hasilnya di bandingkan dengan design. Setelah melalui proses monitoring panjang, baru akan di ketahui pengaruh angin terhadap jembatan.

Beda antara tri-axial dan bi-axial anemometer, tri-axial menghasilkan data kecepatan angin (velocity), darimana asal angin (horisontal) dan elevasinya (arah angin secara vertikal) sedangkan bi-axial hanya memberikan data kecepatan angin dan darimana asal angin (horisontal).

Gambar dan peletakan sensor saya posting menyusul.

..to be continued..


Powered By Blogger