27 December, 2007

Efficiency

Salah satu kelebihan dari Automation system adalah Efisiensi. Baik dari segi waktu, energi dan juga uang.

Satu2nya kendala dari Automation adalah dari Harganya yang MAHAL. Tapi harga yang dibayarkan sebenarnya sebanding dengan hasil yang diperoleh, jadi bisa di anggap Investasi jangka panjang.

Bayangkan sebuah gedung bertingkat bila tidak menggunakan automation, pihak maintenance tentunya akan banyak membuang banyak waktu dan tenaga hanya untuk mengecek semua perangkat/peralatan yang tempatnya terpisah2. Misalnya pagi hari dia harus mengecek tangki penampungan air di lantai atap dan di basement reservoir, belum dia harus menghidupkan pompa2 di tempat2 terpisah, belum FCU, AHU, Escalator dan lain2. Biaya2 yang dikeluarkan akan lebih banyak bila tidak menggunakan BMS/BAS.

Untuk skala rumah tinggal jangan bayangkan rumah BTN yang kemana2 deket, maksudnya ke dapur deket, ke WC deket, ke kamar tidur juga deket... jadi bila rumah kecil menggunakan Automation malah jadi tidak efisien alias boros. Satu2nya kegunaannya ya cuma buat Gengsi.

Bandingkan dengan rumah mewah yang besar (yang kalo nyari toilet aja bisa nyasar..). Untuk di Indonesia rumah seperti ini pasti punya pembantu lebih dari 1. Mereka memang bisa mengandalkan pembantunya untuk mengecek lampu, pompa, ac atau apalah yang mengkonsumsi listrik. Namun pembantu juga manusia, bisa lupa atau salah mengoperasikan, belum lagi kalo pembantunya suka bohong. Jadi banyak Energi listrik yang tidak terkontrol pemakaiannya yang harus di tanggung oleh pemilik rumah. Dengan menggunakan Automation, si pemilik rumah bisa membuat semua peralatan listrik dan elektroniknya terkontrol. Supaya mudah membayangkan, saya misalkan begini : ketika pagi hari semua lampu taman sudah mati sendirinya, curtain atau tirai terbuka secara otomatis. kemudian ketika sore hari terjadi kebalikannya. menjelang tidur, beberapa penerangan luar akan mati secara otomatis (boros kan kalo semua lampu luar hidup semua dari sore sampai pagi), kemudian lampu2 yang tidak diperlukan di seluruh rumah akan mati juga. AC dan Fan juga diintegrasikan sehingga pemakaiannya benar2 efisien. Bayangkan energi listrik yang dapat di save? dan karena penggunaanya lebih efisien pasti tagihan PLN bisa lebih murah dibandingkan tanpa menggunakan Automation. Biaya besar yang dikeluarkan di awal pembelian akan kembali dalam waktu tertentu. Belum lagi Prestige yang diperoleh.
Ngomong2 soal Efisiensi, sebenernya tidak dengan automation saja efisiensi dapat dilakukan. Selama ini PLN selalu mempromosikan matikan cukup dua lampu dari jam 19.00-22.00, ini dimasudkan untuk efisiensi daya PLN dimana ketika waktu tersebut adalah masa puncak peak load) pemakaian listrik. Sayangnya PLN sendiri saya lihat masih belum melakukan efisiensi energi, contohnya mereka masih mengandalkan BBM untuk bahan bakar pembangkitnya. Padahal banyak sekali sumber energi gratis di alam ini yang bisa dimanfaatkan, misalnya matahari, angin, air, panas bumi sampai gas dari sampah.
Masih banyak di daerah terpencil yang belum terjangkau PLN, tapi sebenarnya daerah tersebut bisa mengandalkan energi yang ada, misalnya untuk di daerah pegunungan bisa mengandalkan air sungai untuk menggerakan turbin kecil yang bisa menghasilkan listrik untuk wilayah mereka saja. Atau di daerah pesisir pantai yang bisa mengandalkan kincir angin untuk sumber energinya.
Untuk kendaraan juga kita masih mengandalkan Bahan Bakar Fosil, padahal sudah ada sepeda motor dan mobil yang menggunakan baterai untuk menggerakkan motor listriknya bahkan ada yang menggunakan solar panel (tenaga matahari), tapi entah kenapa produsen kendaraan masih demen memproduksi kendaraan menggunakan mesin berbahan bakar fosil.
Entahlah dengan negri ini, banyak efisiensi yang bisa dilakukan tapiii....

18 December, 2007

DALI system

DALI singkatan dari Digital Addressable Lighting Interface. DALI merupakan protocol dari sebuah lighting control system yang juga membawahi beberapa merk Lighting terkenal seperti : Phillips, Vossloh Schwabe, Osram, Helvar, Leviton dan lain2.


DALI masuk kedalam Lighting Control System namun aplikasinya tergantung Merk yang digunakan. DALI menggunakan kabel 5 core (biasanya NYYHY 5x1,5mm2), Live1, Live2, Neutral dan 2 core untuk data. System ini banyak digunakan untuk mengontrol dimmer lampu flourecent.

Perbedaan DALI dengan Automation system (BMS atau EIB) :
  1. DALI terbatas dalam kapasitas, cuma 64 address, sedangkan Automation seperti BMS atau EIB tidak terbatas.
  2. DALI terbatas untuk Lighting Kontrol saja sedangkan Automation bisa mengontrol semua mechanical electrical equipment (seperti MHVAC, Security system, Pumps, etc.)
  3. DALI tidak bisa mengkontrol Automation (BMS atau EIB), sedangkan Automation bisa mengatur DALI dengan menambahkan DALI gateway.

Detail mengenai DALI bisa di lihat disini

Dimmer Control

Dimmer merupakan kontrol dari tingkatan pencahayaan sebuah lampu (brightness control) dengan mengatur tegangan Vrms (Voltage root mean square) maka intensitas cahaya bisa di atur dengan menggunakan potensiometer atau variable resistor lainnya.
Sebagian besar Design Interior atau Lighting Consultant pasti mencantumkan dimmer pada setiap design mereka, karena dengan dimmer system mereka bisa mengatur suasana dan warna dari sebuah ruangan dengan lebih sempurna.
Pertama kali di temukan dimmer hanya bisa di gunakan untuk lampu pijar (incandescent lamp) panel kontrolnya pun cukup besar. Sejak di temukan komponen electronic bernama 'thyristor', sekarang semua jenis lampu bisa di atur dengan dimmer, ukurannya pun lebih kompak.
Thyristor sendiri jenisnya macam2 :

SCR — Silicon Controlled Rectifier
ASCR — Asymmetrical SCR
RCT — Reverse Conducting Thyristor
LASCR — Light Activated SCR, or LTT — Light Triggered Thyristor
DIAC & SIDAC — Both forms of trigger devices
BOD — Breakover Diode — A gateless thyristor triggered by avalanche current, used in protection applications
TRIAC — Triode for Alternating Current — A bidirectional switching device containing two thyristor structures
GTO — Gate Turn-Off thyristor
IGCT — Integrated Gate Commutated Thyristor
MA-GTO — Modified Anode Gate Turn-Off thyristor
DB-GTO — Distributed Buffer Gate Turn-Off thyristor
MCT — MOSFET Controlled Thyristor — It contains two additional FET structures for on/off control.
BRT — Base Resistance Controlled Thyristor
SITh — Static Induction Thyristor, or FCTh — Field Controlled Thyristor containing a gate structure that can shut down anode current flow.
Jenis2 lampu yang bisa di atur dimmer :
  1. Incandescent Lamp (Lampu Pijar), semua lampu jenis ini bisa di atur oleh dimmer asal beban lampu sesuai dengan kapasitas dimmer.
  2. Halogen Lamp (baik menggunakan Ballast Electronic atau Ballast Konvensional). Harap di ingat beban lampu di tambah 30% untuk ballast konvensional dan 5% untuk ballast electronic. Beban yang di tambahkan ini karena ada daya semu yang di pakai oleh ballast tersebut tapi tidak di gunakan oleh si lampu.
  3. Flourecent Lamp (Lampu Neon/TL/PL), Lampu jenis ini yang bisa di atur dimmer hanya lampu yang menggunakan Electronic Dimmable Ballast (sering disebut juga 'ECG' = Electronic Control Gear atau 'EVG'= Electronic Voltage Gear). Ballast ini di kontrol melalui analog output berupa tegangan 0-10V. Masalah pada jenis ini adalah Dimmable Ballastnya cukup mahal, kira2 harganya 400ribuan untuk satu lampu.
Untuk membuat design dengan kontrol dimmer harus melihat jenis lampu dan beban dari lampu tersebut. Jenis dimmer yang beredar di pasar juga banyak banget Kalau mau buat sendiri bisa lihat gambar rangkaian di bawah.

Dimmer di atas adalah dimmer jenis konvensional. Untuk dimmer yang di kontrol secara otomatis biasanya menggunakan dimmer digital misalnya menggunakan DALI system. Sedangkan untuk mengatur dimmer pada sebuah tata panggung (misal di diskotek atau pub) biasanya dimmernya menggunakan DMX system.

Untuk Dimmer dengan EIB system akan saya bahas secara terpisah.

17 December, 2007

A Simple Line Diagram for EIB System




Knowing EIB System

Intelligent installation systems
EIB is the intelligent building installation system that meets the highest standards, being both future-orientated and highly flexible. EIB provides increased security, economic efficiency, convenience and flexibility, whether in office buildings, industrial plants or residential properties. Functions such as lighting, shutter control and heating can be individually adapted to the requirements of the user. Later changes can be easily implemented.

Switching and control – wherever you are
With EIB, you can carry out all the required functions from any location in the building. It is also possible to operate the installation remoterly, for example via a mobile or the Internet. If several functions are to be executed using a single command, this can be implemented without problem. With central commands and user-defined procedures, all the shutters can, for example, be raised simultaneously, the constant lighting control activated and each room regulated to a separate temperature; all with a single push button action.

Automation required?
In building installations using EIB, functions are not only executed via direct manual operation. Using “closed-loop” control systems, the user can preselect an individual daily profile for the room temperature or the room lighting level can be constantly regulated to a required value. Time programs are recommended for regularly recurring events. Shutters and blinds can be raised automatically should the wind become too strong. ABB i-bus® EIB monitors the building and can isolate, for example, electrical circuits in the event of a fire or monitor the energy consumption.

Security around the building
With EIB, professional security functions can be integrated into the building installation. A security control panel manages all security-related signals and triggers alarms. The security control panel can also be conveniently operated via EIB. Signals can be displayed at any location or printed out via a logging printer.

You are kept informed
EIB makes it possible for current information about the building installation to be displayed continually. You can see at a glance in which rooms the lights are switched on or which doors and windows are open. Measured values can be shown on a display and alarm signals inform you about possible dangers in your building. If someone has forgotten to switch the light off, you can simply switch it off from the display terminal, without even having to walk up the stairs.

Changes implemented in a flash
The office has become a conference room? The top floor has been turned into a separate flat? The functions of the building installation need to be modified? Modifications such as these can easily be
implemented with EIB. You simply need to reprogram and the functions are already adapted to the new conditions. From a distance You can monitor your building via the telephone or the Internet. This is the best way to remain constantly informed….

EIB – one system has won through
EIB corresponds to the European system “European Installation Bus” (EIB for short) which in the meantime is being used all over the world. Since the EIBA (European Installation Bus Association) merged with two other European organizations to form the Konnex Association, has become the new standard in building technology.

Basic principle
With EIB, electrical loads are not switched directly in the circuit with switches and push buttons as in conventional electrical installations (see Diagram 1). Commands are sent instead from sensors (e.g. electronic push buttons) on a twin-core data cable and are received by actuators. The actuators then execute these commands, for example by switching the circuit (see Diagram 2).

What does that mean in practice?
Electrical installations with EIB offer the user numerous advantages:

  • Electrical loads can be switched independently of the electrical circuit (e.g. the light in the hallway can be operated from the lounge or from elsewhere in the house).
  • Electrical loads can be switched by several sensors without complicated two-way circuits or remote-control switches.
  • Functional associations between actuators and sensors can be modified at any time and adapted to individual requirements. All the functions can be programmed so that they run automatically. Logic operations can also be created (e.g. if the brightness level drops below a specific value after 18:00, all the shutters are lowered and the light in the hallway is switched on).
  • The switching states of electrical loads can be displayed.

Sensors and actuators
Sensors are, e.g. :
push buttons and switches
room thermostats
movement sensors
time switches
binary inputs
zone terminals
current modules
analogue inputs

Actuators are, e.g. :
binary outputs
dimmers
light controllers
shutter actuators
universal concentrators
display units

12 December, 2007

Sensor-sensor yang lain

Saya bahas secara singkat saja untuk menjelaskan sensor2 lainnya, jenis sensor berikut ini adalah sensor2 yang juga sering di gunakan dalam installasi di gedung :

Water Level Control
Sensor ini mendeteksi ketinggian air dalam penampungan. Detector yang di gunakan bisa dengan dua kutub bilah logam yang akan kontak bila terkena air atau menggunakan infra red sensor yang menjadikan permukaan air / cairan lain (kimia atau minyak) sebagai reflektor.

Water Leak Detector
Sesuai namanya sensor ini memberikan informasi bila terkena air. Biasa di gunakan untuk mengetahui datangnya banjir atau luapan air. Sensor ini cukup sederhana, hanya menggunakan dua bilah logam yang akan kontak bila terkena air.

Flow Switch
Di pasang di pipa berfungsi untuk memberikan informasi bahwa air / udara / cairan yang lain sedang mengalir di dalam sebuah jaringan pipa. Alat ini sebenarnya masuk kategori Mechanical equipment, saya masukkan di sini karena sering di gunakan terutama untuk Pemipaan Fire Fighting yang berhubungan dengan Fire Alarm System.
Flow switch terdiri dari kontak seperti saklar yang dihubungkan ke sebuah bilah plastik atau logam pipih yang bergerak bila cairan atau udara di dalam pipa mengalir / Flow.

Head Fire Sprinkler
Seperti halnya Flow Switch, alat ini merupakan Mechanical Accessories, biasa di gunakan untuk installasi Fire Fighting. Berfungsi sebagai pemadam kebakaran secara otomatis bila sprinkler ini terkena api / suhu mencapai 68 derajat celcius. Warna merah di tabung kaca adalah air raksa yang akan memuai dan memecahkan tabung kaca bila terkena panas. Hubungannya dengan Automation adalah ketika Head sprinkler pecah dan mengeluarkan air, maka air dalam pipa akan mengalir, aliran air ini akan memicu flow switch dan flow switch inilah yang memberikan informasi ke perangkat electronic seperti Fire Alarm atau Building Automation System.

Gas Detector
Prinsip kerjanya mirip dengan Ionization Smoke Detector. Sensor ini akan mendeteksi reaksi kimia khusus yang timbul dari gas (biasanya gas LPG, Metan atau gas berbahaya lainnya). Biasanya di taruh di dapur, garasi mobil atau tempat penampungan tabung gas. Sensor ini di pasang sebagai alat pencegah awal bila ada terjadi kebocoran gas. Alat ini banyak di jual tersendiri alias tidak bergabung dengan system automation lain.

Twilight Sensor
Atau Brightness sensor atau sensor cahaya. Biasa di gunakan untuk menghidupkan dan mematikan secara otomatis penerangan seperti lampu jalan, lampu teras atau lampu taman berdasarkan cahaya yang di terima. Jadi lampu nyala ketika gelap dan mati sendiri ketika matahari sudah bersinar. Bisa juga di setting kebalikannya. Sensitifitasnya juga bisa di atur. Prinsip kerjanya hanya menggunakan Photoelectric atau LDR (Light Dependent Resistor) sebagai detector cahayanya. LDR juga di gunakan di hampir semua Kamera baik Photo maupun Video.

Wind Sensor
Alias sensor angin.. sensor ini bisa memberikan informasi kecepatan angin. Untuk aplikasi di Automation system biasanya diperuntukan sebagai sensor apabila kecepatan angin terlalu kencang si sensor memberikan informasi kepada central control yang kemudian memerintahkan misalnya motorized canopy untuk menutup.

Thermostat
Berfungsi seperti Thermometer, bedanya thermostat akan memberikan output secara electronic kepada perangkat lainnya (misalnya Air Conditioner). Informasi dari Thermostat merupakan sebuah input untuk menghidupkan atau mematikan AC / Heater secara otomatis sesuai setting temperatur. Banyak di pakai oleh peralatan rumah tangga seperti AC, Water Heater, Lemari Pendingin, Oven Listrik dan lain2 ynag berhubungan dengan suhu.
Sebagai sensor dari sebuah Automation System, Thermostat dapat memberikan informasi suhu ruangan, sehingga Automation system dapat bekerja sama dengan AC central misalnya.
Untuk Aplikasi sederhana biasanya hanya menggunakan 'bimetal' sebagai sensornya, tapi untuk kontrol yang membutuhkan keakuratan temperatur/suhu secara digital biasanya menggunakan 'electronic thermistor'. Detailnya bisa lihat di wikipedia
Pressure Switch
Sensor ini biasa di gunakan untuk mendeteksi tekanan air atau udara didalam sebuah pipa (jaringan) atau tangki penampungan. Prinsip kerjanya cukup sederhana, paling mudah kita bisa lihat di pompa air yang otomatis, dimana kalau tekanan air sudah mencukupi maka pompa akan mati. Kompressor juga pasti menggunakan sensor ini. Tekanan yang dibutuhkan sampai switch on/off bisa di adjust.
Masih banyak sensor2 lainnya, tidak semuanya bisa saya ingat.. kalo ingat langsung saya tambah ya..

11 December, 2007

Smoke Detector



Detektor Asap ini merupakan pasangan dari Heat Detector. Dimana ada installasi Fire Alarm pasti ada Smoke dan Heat Detector, ibaratnye keduanya selalu ada bersama dalam susah maupun duka.. halaah.. ngelantur.

Pada prakteknya smoke detector di gunakan untuk memproteksi secara dini ruangan dari kebakaran dengan mendeteksi asap yang keluar sebelum api membesar. Sering di gunakan di ruangan seperti ruang tamu, ruang makan, ruang komputer, kamar tidur dan lain sebagainya...

Penempatan terbaik dari smoke detector atau heat detector harus di perhitungkan benar2, agar jangan sampai sensor tersebut menjadi tidak efektif. Sebenarnya penempatan terbaik adalah mengkombinasikan kedua sensor ini, heat detektor di tempatkan di dalam ceiling dimana sering terjadi kebakaran disebabkan oleh hubungan singkat (korsleting) dari kabel listrik, dimana sering terjadi korsleting tanpa terdeteksi karena rata2 orang menempatkan sensor di bawah ceiling. Dan untuk Smoke detector dapat ditempatkan di bawah ceiling untuk memproteksi api yang timbul dari ruangan di bawahnya.
Penempatan Smoke detector tidak di anjurkan di dalam ceiling, ini di sebabkan smoke detector juga sensitif terhadap debu, dengan menempatkan sensor ini di dalam ceiling harus diperhitungkan terhadap debu atau sarang laba2 yang bisa menutupi sensor ini.

Yang juga harus di perhitungkan juga dalam memasang Smoke detektor di sebuah ruangan adalah kemungkinan si pemilik ruangan adalah seorang perokok. Jangan sampai gara2 asap rokok Fire Alarm jadi aktif. Juga jangan di taruh di dekat dapur... nanti lagi masak alarm lagi... berabe khan?

Perawatan Smoke Detector juga di perhatikan, karena partikel debu lama kelamaan akan menutup tutup sensor sehingga tidak bisa mendeteksi lagi atau bahkan debu akan memicu alarm.

Optical Smoke Detector
Jenis Smoke detector ada 2 yaitu Optical Smoke Detector dan Ionization Smoke Detector. Perbedaan keduanya terletak dari sensor pendeteksi asapnya. Optical Smoke Detector menggunakan sinar infrared yang sensitif terhadap asap, sedangkan Type Ion menggunakan sensor yang sensitive terhadap reaksi kimia. Untuk pembahasan detailnya bisa dilihat di wikipedia.
Harga Optical Smoke detector biasanya lebih mahal dari yang Ionization. Ini di sebabkan type yang optical lebih akurat dalam mendeteksi asap, sedangkan yang ion kadang2 partikel yang bukan asap (debu misalnya) bisa terdeteksi.
Ket. gambar :
1. Optical Chamber
2. Cover
3. Case Moulding
4. Photodiode (detector)
5. Infra Red LED

Ionization Smoke Detector
Smoke detector membutuhkan power supply untuk beroperasi bisa dari battery yang di pasang di sensor atau di dapat dari kabel installasi yang di supply oleh control panel. Di sensor ini terdapat Led yang akan berkedip kalau dia aktif (stand by / normal) dan akan menyala kontinyu ketika dia mendeteksi asap. Untuk mengetes sensor ini biasanya menggunakan tombol ‘test’ yang terletak di sensor tersebut, kadang2 pemilik ingin memastikan sensor bekerja baik dengan cara di test menggunakan asap rokok.
Intermezzo
Saya punya pengalaman lucu ketika mengadakan test smoke detector. Waktu itu (kira2 th. 1996) saya sedang mengerjakan proyek apartemen di daerah sudirman. Saat testing commissioning, si pemilik (orang jepang yang idealis and sedikit gelo) menginginkan test fire alarm harus detail setiap unit. Sedangkan apartemen tiap lantainya ada 8 unit dengan 24 lantai, dan kita ada 3 tower. Tiap unit harus di test satu2, padahal biasanya saya test secara random saja, selain lebih efektif juga lebih cepat. Dinas Pemadam Kebakaran aja ga pernah test sedetail ini. Ya wis ikuti aje..
Singkatnya saya cari deh sepenjuru proyek, saya umumkan bahwa kami butuh perokok berat yang mau test fire alarm, rokok silahkan pilih sendiri.. waah yang berminat banyak banget.. rokok pilihannya macem2 dari Dji sam soe, gudang garam sampai djarum super bahkan ada yang minta Marlboro. Dalam beberapa kali test banyak perokok yang kapok ikutan test, persoalanya asap rokok yang di hisap harus disemburkan ke smoke detector langsung dengan menggunakan pipa konduit tanpa sempat di nikmati atw masuk ke paru2.. rasanya ampuun bibir pade jontor, mulut serasa asbak, mata merah. ada yang sampe muntah2 malah... Tapi ada juga yang setia ikut terus test.. katanya "kapan lagi ngerokok puas gratis, eh malah di bayar lagi.. hehe". Dasar tuh muka lama2 dah kayak lokomotif..

10 December, 2007

Heat Detector

Ada juga yang bilang Temperature Sensor, Sensor Panas alias Pendeteksi Panas/Api. Tugasnya memang mendeteksi adanya api dari panas yang ditimbulkannya. Digunakan pada perangkat Fire Alarm baik di gedung maupun di rumah tinggal.

Untuk di Gedung bertingkat biasa di pasang di area parkir, koridor, ruang panel, ruang genset, dapur dan ruang service. Sedangkan kalau di rumah tinggal biasa di pasang di garasi, dapur dan area service. Aplikasi untuk ruangan lainnya juga bisa tergantung dari design dan kegunaan dari ruangan tersebut. Intinya ruangan yang di proteksi oleh sensor ini adalah ruangan yang berpotensi menimbulkan api alias mudah terbakar.

Jenis sensor ini ada 2 macam, yang pertama di kenal dengan istilah ROR (Rate Of Rise) dan satunya lagi Fixed Heat Detector.

ROR (Rate Of Rise)
Sensor ini dapat mendeteksi Panas api tanpa harus terbakar langsung. Di dalam sensornya ada lempengan bimetal yang akan kontak bila sensor ini di kenai perubahan suhu yang cukup signifikan (biasanya perubahan suhu antara 6,7 - 8,3 derajat celcius/menit). Ketika suhunya normal kembali bimetal ini akan kembali seperti semula. Tapi kalau sensor ini terkena langsung api dan lepas kontaknya ya pastinya tidak bisa digunakan lagi. Untuk men-test dapat menggunakan hair dryer biasa, hembusan angin panas dari hair dryer cukup untuk men-'trigger' ROR tanpa merusaknya.

Fixed Heat Detector
Secara fisik, tidak ada perbedaan dari type ROR. Yang membedakanya hanyalah type ini baru akan mengirim kontak alarm bila suhu sudah mencapai 58 derajat celcius. Setelah itu sensor tidak bisa di gunakan lagi dan harus di ganti. Biasanya type ini di pasang di ruang panel, ruang genset atau ruang pompa, karena kondisi ruang2 tersebut dalam kondisi normalnya saja sudah panas, dan untuk mencegah terjadinya 'false alam' bila sensor yang di pasang type ROR.

Perbedaan fungsi dua type di atas yang menentukan type Heat Detector mana yang paling cocok di tempatkan di sebuah ruangan.

Heat Detector paling banyak di gunakan pada installasi Fire Alarm di gedung2 bertingkat berpasangan dengan Smoke Detector. Heat Detector bukanlah sensor untuk keselamatan, sebab sensor ini baru memberikan sinyal alarm bila sudah muncul api, untuk keselamatan Smoke detector lebih cocok digunakan. Heat Detector tidak membutuhkan power supply, sedangkan harganya tidak mahal kok.. untuk Merk China bisa di beli dengan harga kira2 100ribuan.


Beam Sensor

Alias Active Infra Red Sensor. Kebalikan dari PIR, sensor ini lebih banyak di gunakan di daerah Oudoor. Beam sensor terdiri dari 2 buah yaitu receiver dan transmitter. Transmitternya memancarkan sinar infra red (beam) yang diterima oleh receiver dalam satu garis lurus. Bila ada yang memotong sinar beam ini maka sensor akan mengirimkan sinyal ’alarm’ ke panel control. Ada juga receiver dan transmitter yang menjadi satu kesatuan, dan sinar beam akan di pantulkan oleh reflector di ujung satunya.

Type sensor ini di bedakan dari jarak yang ditempuh oleh sinar beam tadi. Dari jarak 20 meter sampai ada yang 60, 100 meter atau lebih. Makin besar jaraknya tentunya makin mahal harganya. Dibandingkan dengan PIR harga Beam sensor tidaklah terlalu jauh berbeda.

Sensor ini walaupun segaris lurus tapi sinarnya cukup lebar (vertically), ini untuk menghindari benda / objek yang lebih kecil dari tubuh manusia dapat men trigger alarm (misalnya anjing atau kucing). Sensitifitas sensor ini bisa di set berdasarkan kecepatan dari benda yang melintas memotong sinar beam. Jadi kalau yang mememotong sinar tersebut bergerak dengan kecepatan 0,1 detik sekalipun akan bisa di deteksi.

Konsep sensor ini kerap di pakai dalam film laga, yang di gambarkan kalau sinarnya dapat di lihat dengan peralatan khusus. Nah.. supaya seru, biasanya tokoh dalam film akan menghindari sinar sensor dengan keahlian akrobatnya atau di pantulkan dengan cermin, padahal tidak semudah itu dalam realitanya. Ada juga yang cukup rancu, yaitu mengepulkan asap sehingga sinarnya akan terlihat. Padahal untuk daerah Indoor seperti ruang Brankas, akan jauh lebih efektif bila menggunakan PIR dari pada Beam sensor.

Kelebihan sensor ini adalah keakuratannya dalam mendeteksi dibandingkan dengan PIR. Cover proteksi Beam sensor seperti dinding tipis, bila ada objek yang melewatinya maka akan terdeteksi, Karena sinar beam bergerak dalam garis lurus, maka apabila anda punya gedung dengan 4 sisi yang ingin di proteksi, maka dibutuhkan 4 set beam sensor, itu pun dengan catatan bahwa satu sisi tersebut tidak ada pohon / pilar / tembok di tengah sisi tersebut yang dapat menghalangi.
Untuk lebih efektif pemasangan sensor ini harus melihat kemungkinan seperti dedaunan / pepohonan yang akan menutupi sinar beam bila tertiup angin atau bahkan tumbuhan yang tumbuh besar dan akhirnya menghalangi beam sensor ini.

Sensor ini juga kadang2 di gunakan pada peralatan pintu otomatis seperti palang pintu otomatis di parkiran. Maksudnya, apabila ada mobil yang masih berada di bawah palang otomatis, palang tersebut tidak akan turun sampai mobil tersebut keluar dari area palang pintu otomatis.

09 December, 2007

Break Glass Detector

Sensor ini bertujuan mendeteksi kaca yang di pecah. Sering di gunakan oleh Alarm Mobil. Untuk rumah / gedung biasanya di pasang di kaca pada jendela, pintu atau dinding.

Jenisnya ada 2 yaitu passive dan active.

Passive Break Glass
Bentuknya seperti coin, di tengahnya ada lubang. Jenis ini tidak membutuhkan power supply, jadi kabelnya langsung dapat di koneksi ke Panel control.
Type yang sering di gunakan adalah 'Piezoelectric', type ini paling banyak di pakai terutama di Alarm Mobil. Break glass type ini akan lebih efektif di tempel langsung ke kaca yang akan diproteksi. Ini di sebabkan 'piezoelectric' akan menangkap suara frequency tinggi dari getaran yang ditimbulkan ketika kaca di pecah. Sering 'false alarm' timbul karena si sensor salah mendeteksi suara, misalnya suara petir atau suara benda jatuh yang keras. Namun ini cukup efektif di alarm mobil. Jadi si Alarm mobil akan berbunyi ketika kaca di ketok walaupun tidak sampai pecah.
Type yang lainnya ialah menggunakan kontak pendulum di dalam sensornya atau kontak sensor dengan air raksa. Type ini lebih cocok di sebut dengan 'Vibration Sensor' alias sensor getar. Type ini jarang digunakan, karena dengan goncangan kecil saja dia sudah men-'trigger' alarm. Bentuk sensor ini seperti kotak korek api.

Kelebihan 'Passive Break Glass' adalah harganya lebih murah dan installasinya simple. Dalam beberapa kasus bahkan sensor ini lebih efektif dari pada yang 'active Break Glass' (seperti untuk Alam mobil tadi). Kekurangan Passive Break Glass radius coverage-nya kecil, jadi untuk satu ruangan penuh kaca di butuhkan banyak sensor.

Active Break Glass
Sensor jenis ini membutuhkan DC power supply. Jenis ini biasanya di sebut 'Break Glass dual tech', karena selain mendeteksi suara frequency tinggi (yang timbul dari kaca pecah) juga harus di kombinasikan dengan getaran yang timbul bila kaca di pukul.
Di bandingkan yang passive, sensor ini lebih besar coverage areanya. Jadi untuk satu dinding dengan beberapa jendela kaca bisa di 'cover' dengan hanya memasang 1 buah sensor bila radius coverage-nya mencukupi. Kelebihan lainnya adalah jenis ini bisa di set sensitifitas-nya, sehingga 'false alarm' bisa lebih di hindari untuk terjadi.


Bila Break glass di pasang di jendela atau pintu, akan lebih bagus bila di kombinasikan dengan 'magnetic contact'. Sedangkan mengenai pemilihan sensor yang active atau passive harus di lihat kondisi lapangan, mana yang paling efektif, dan juga mana yang paling cocok dengan kondisi kantong...:-)


06 December, 2007

Passive Infra Red (PIR)

Skema dari Rangkaian PIR


Di sebut juga Motion Sensor, Pressense Detector atau Watch Dog. Jenis sensor ini juga sudah umum digunakan dan sudah dikenal luas. Merk-nya pun buanyak banget.
Seperti halnya peralatan Elektronik yang lainnya, harganya tergantung dari negara pembuatnya, kwalitas dan juga Merk.

Sesuai namanya, Passive Infra Red, sensor ini bersifat pasif alias hanya menerima. Sensor ini menerima sinyal infrared yang di pancarkan suatu objek (dalam hal ini tubuh manusia) yang di bandingkan dengan suhu ruangan. Oleh karena itu sensor ini lebih banyak digunakan di dalam ruangan karena bila diluar ruangan (outdoor) perubahan suhu yang terjadi tidak hanya dari panas tubuh manusia, bisa juga dari cuaca. Namun saat ini sudah banyak product dari sensor ini yang aplikasinya bisa di gunakan di luar ruangan, biasanya settingnya berbeda dari yang ’indoor type’, atau bisa dikombinasikan dengan sensor microwave (PIR dual Tech), selain mendeteksi perubahan suhu ruang karena panas tubuh sensor ini juga mendeteksi gerakannya.

Yang perlu di ingat, sensor ini ’coverage area’-nya tergantung dari lensa yang di gunakan. Misalnya sensor ini di tempatkan dimana, dengan ketinggian berapa? Indoor atau oudoor?
Penempatanya tidak di anjurkan di depan Blower AC, Jendela atau sinar matahari. Orang yang berjalan di balik jendela kaca tidak dapat di deteksi oleh PIR.

PIR Coverage

Aplikasi sensor ini banyak di gunakan untuk Security System, Lighting Control System dan Pintu Otomatis. Secara umum penggunaan PIR untuk aplikasi tadi hampir sama. Namun sensor PIR untuk keperluan security system dibutuhkan sensor yang lebih akurasi dalam mendeteksi, lebih baik lagi bila menggunakan PIR dual Tech.


Untuk keperluan security system sensor ini di gunakan untuk mendeteksi adanya gerakan manusia di suatu ruangan atau area, sehingga sensor akan men-trigger alarm system bila ia mendeteksi kehadiran seseorang di ruangan tersebut. Perlu tidaknya ruangan yang ingin di monitor oleh PIR harus benar2 di perhitungkan, kalau tidak selain tidak efektif juga bisa ’false alarm’ terus.. cape’ deeh.
PIR untuk keperluan security membutuhkan power supply 12/24 VDC, lalu kontak yang di koneksi ke Control Panel bisa Normally Close (NC) atau Normally Open (NO). Juga ada koneksi ’Tamper’ tujuannya bila PIR ini di buka maka Alarm juga akan mendeteksinya.

Sedangkan bila sensor ini digunakan untuk Lighting control, ketika seseorang berada di sebuah ruangan sensor akan mendeteksi kehadiran manusia dan kemudian menghidupkan lampu, dan ketika tidak ada orang yang dideteksi lampu akan mati dengan sendirinya. Cocok di gunakan di koridor, tangga, gudang, garasi area kerja dan lain2. Masalah penempatan sensor juga harus diperhitungkan, jangan sampai ketika orang sudah ada di dalam ruangan tapi belum terdeteksi sehingga lampu tidak juga menyala.. bingung cari saklar lampu deh.
PIR untuk aplikasi Lighting Control tidak memerlukan power supply karena sensor ini langsung di koneksi langsung ke installasi listrik alias 220VAC.

Aplikasi untuk pintu otomatis adalah yang paling banyak di gunakan. Saat ini hampir semua Mall atau gedung di Jakarta dan kota2 besar lainnya menggunakan pintu otomatis. Pintu ini akan terbuka secara otomatis bila ada orang yang berdiri di depan pintu. Sensor ini merupakan satu paket dari sistem pintu otomatis, letak sensornya biasanya tersembunyi.

04 December, 2007

Magnetic Contact

Macam jenis dan Merk Magnetic Contact

Sensor ini biasa di pakai untuk Pintu dan jendela. 1 set sensor terdiri dari dua buah unit, 1 unitnya magnet yang di taruh di daun pintu/jendela yang bergerak sedangkan 1 unitnya berisi reed kontak yang akan bereaksi terhadap magnet.
Ketika keduanya di dekatkan maka kontak akan tertutup dan jika di jauhkan kontak akan terbuka. Type ini di sebut Normally Close (NC), kalo kebalikannya namanya Type Normally Open (NO).

Penggunaan Normally Open atau Normally Close tergantung aplikasinya. Untuk security pastilah menggunakan Normally Close. Type Normally Close inilah yang paling sering digunakan.

Bentuk sensornya macam2 ada yang silinder (ditanam/recessed type), kotak kecil sampai yang heavy duty. Khusus yang heavy duty biasanya di gunakan untuk pintu besi, kaca atau pintu kayu yang besar.
Merk2 dari sensor ini buanyak banget sampe yang tidak ada Merk-nya pun beredar dipasaran. Harganya juga murah, kalo beli di toko harganya dari yang 50 ribu/set sampe yang ratusan ribu. Kalo anda mencari yang lebih murah bisa cari buatan China. Mau yang paling murah? bikin sendiri juga bisa kok.. beli aja 'Reed Contact' di toko elektronic (biasanya saya beli di Glodok-Jakarta), trus magnetnya ambil dari magnet bekas speaker, masalahnya tinggal di casing-nya.
Sensor ini sudah terlalu umum dipakai. Jadi kayaknya saya tidak perlu bahas mendetail yaa.

03 December, 2007

Wire Less

Saya sudah bahas sebelumnya tentang Media Hard Wire. Saya coba bahas sekarang tentang Media Wire Less alias tanpa kabel. Media tanpa kabel ini juga ada beberapa jenis :

Infra Red (IR)

Media ini sudah kita kenal, banyak digunakan di perangkat elektronik di rumah2 misalnya TV, AC, Audio system, bahkan Handphone.

Syarat mutlaknya, harus ada Transmitter (Tx) sebagai pengirim perintah dan Receiver (Rx) sebagai penerima perintah. Antara Tx dan Rx harus dalam satu ruangan karena Media IR tidak dapat menembus dinding dan juga sinar Infrared dapat memantul di dinding. Jarak tempuh sinar IR hanya sekitar 15 meter.

Sinar Infrared merk satu dengan merk yang lain dibedakan dari kodenya, sehingga kita tidak bisa memakai remote Merk A untuk peralatan Merk B, kecuali mereka memang memakai kode IR yang sama.

Infra Red banyak di gunakan untuk system yang sederhana saja dan bersifat lokal karena keterbatasan jarak dan kemampuannya.

Kelebihan system ini adalah karena harganya murah, aplikasinya sederhana dan tidak sulit Installasinya.

Hampir semua Merk dari sebuah Automation System mempunyai system dengan Infrared. Namun biasanya Media Infrared hanyalah pelengkap dari satu system Automation yang besar.

Sedangkan Merk yang mengkhususkan diri di Infrared hanya system Remote Controlnya saja. Merk Philips Pronto contohnya, mereka mempunyai produk Remote yang bisa digunakan untuk mengkontrol semua peralatan Elektronik yang menggunakan IR Remote Control.

Radio Frequency

Persis sama dengan Infrared, bedanya system ini menggunakan Radio Frequency untuk media penghantarnya. Kelebihan dari system ini, dia bisa lebih luas jangkauannya dan tidak ada masalah dengan halangan misal dinding karena beda ruangan. Masalah utama dari system ini sering terjadi gangguan antar frequency karena Indonesia belum punya semacam undang2 yang mengatur penggunaan Radio Frequency. Sedangkan di Negara2 yang sudah mengatur penggunaan Radio Frequecy system ini cukup handal.
Tehnologi wireless lainnya seperti WIFI dan Bluetooth setahu saya masih belum banyak digunakan oleh system Automation (atau mungkin sudah di gunakan cuma sayanya yang ga tahu). Media ini memang banyak digunakan untuk tehnologi handphone dan jaringan internet (Laptop).
Untuk WIFI sepertinya bakal menjadi media wireless yang paling bagus, mengingat jangkauan dan kehandalannya. System Remote tunggal seperti Philips Pronto sudah menggunakan WIFI juga.

Powered By Blogger